Wednesday, September 27, 2006

Pistol patrom dan sotong pangkong

Ada dua tradisi di kota kelahiran yang selalu kukenang saat datang bulan suci Ramadan, karena kedua tradisi ini kerap mengisi hari-hariku menghabiskan bulan yang penuh rahmat ini.

Pertama adalah bermain perang-perangan dengan memakai pistol patrom. Permainan ini pada dasarnya sama dengan permainan perang-perangan biasa, yang banyak ditemukan di seluruh penjuru negeri. Pun, umumnya dimainkan secara berkelompok dan dilakukan sepanjang hari menunggu datangnya waktu berbuka. Perbedaan yang mendasar adalah para peserta permainan ini diharuskan menggunakan pistol yang terbuat dari patrom (kepalanya jari-jari) sepeda/ motor yang telah dipasangkan secara terbalik.
Pistol unik ini tidak memiliki peluru, namun dapat menghasilkan bunyi yang sangat nyaring. Ada yang membuat bentuk pistol patrom ini menyerupai pistol atau senapan, walaupun tak jarang yang membuatnya sangat sederhana, hanya dengan memakukan patrom di sebatang kayu.
Prinsip kerja pistol patrom sesungguhnya tak jauh berbeda dengan ledakan yang terjadi pada sebuah peluru sungguhan. Untuk bisa membunyikan patrom terlebih dahulu ruang berbentuk mangkok yang ada harus diisi dengan isi korek api dari batang korek api. Kemudian diberi sedikit sobekan kertas berbelerang yang ada di dinding korek api agar isinya tidak bercereran. Pencampuran ini akan menyerupai mesiun pada peluru. Nah, sebagai pemicunya biasanya dengan ditusukkan paku kedalam ruang yang dimiliki patrom. Agar meledak, paku ini harus dipukul dan memicu terjadinya pembakaran di dalam ruang patrom. Jika pada peluru, ledakan ini akan meluncurkan proyektil dan mengeluarkan suara yang keras. Pada pistol patrom, karena hanya berbentuk mangkok, hasil ledakannya hanya akan menghasilkan suara yang keras. Nah, hasil suara yang keras inilah yang membuat seru permainan perang-perangan .

Kedua adalah makan sotong pangkong. Makanan khas ini hanya ada pada malam bulan puasa. Para penjualannya biasanya bertebaran dipingir-pingir jalan di perkampungan ataupun di sekitar halaman mesjid. Mereka hanya bermodalkan satu buah meja kecil untuk menempatkan mangkok kecil sebagai wadah makan dan panci berisikan sambal cair, tungku pemanggang, dan satu landasan tempat me-mangkong (memukul) berikut palunya. Sederhana pembuatannya. Bahan yang dibutuhkan hanyalah sotong atau cumi yang sudah dikeringkan dan banyak diperjualbelikan. Cumi ini dipotong-potong sebelum dipanggang di atas api kurang lebih 5 menit sampai matang. Sebelum disajikan bersama sambal cair, sotong tersebut dipukul-pukul di atas landasan sampai menjadi empuk. Kalau saat banyak pembeli, tak jarang para pembeli pun tak sungkan untuk ikut berpartisipasi me-mangkong sotong yang akan dikonsumsinya.
Sementara untuk membuat sambal cair hanya membutuhkan cabai merah, bawang merah dan bawang secukupnya. Ketiga bahan utama ini digerus/ ulek hingga halus. Hasil gerusan ini kemudian dimasukkan ke air matang dan dicampurkan sedikit cuka untuk menambah rasa.
Cara mengkonsumsi makanan ini juga cukup unik. Biasanya sotong yang telah direndam di dalam sambal cair akan diisap-isap sampai hilang rasa sambal cairnya, kemudian sotong tersebut direndam kembali ke dalam sambal cair untuk selanjutnya diisap-isap kembali. Begitu seterusnya. Jika sudah tak lagi berasa rasa sotongnya, barulah potongan sotong yang tersisa ditelah. Tak heran, jika untuk mengkonsumsi sepotong sotong pangkong, kami kerap menghabiskannya hingga setengah jam-an.

3 Comments:

Blogger indah lie said...

Duh sotong pangkong...........mau pulang....... Kangen Ponti dan ketupat.... met idul fitri bang, maaf lahir batin.
tabik,
indah

8:12 AM  
Blogger indah lie said...

Duh sotong pangkong...........mau pulang....... Kangen Ponti dan ketupat.... met idul fitri bang, maaf lahir batin.
tabik,
indah

8:12 AM  
Blogger Obung said...

Makaseh Ian, ente ngingatkan saye waktu mase kecik yang luar biase indahnye....

Pade waktu itu hampir di seluroh lingkungan/pemukiman di Pontianak sangat mendukung untuk sarana permaenan ini. Kite bise betapok di bawah-bawah :lantai rumah, dapok, teras; di kebon belakang/halaman,yang jelas tempat betapok banyak cekali....

Lebih seru agi kalo hari sabtu, kite bise maen sampai malam (waktu itu hampir semue anak kecik super sibuk, maeeen teros). Sambil nunggu permaenan selesai yang 'mati' duluan dapat maen duel ala koboi, yang mbuat seru tu percikkan apinye kelihatan jelas. Jadi serase koboi benaran kayak di pelam-pelam.

Ade yang unik dari permaenan ini, adenye istilah 'ketepes'. Ketepes tu bunyi pestol kite ndak nyaring yang bunyi seperti 'pess', bunyi kayak gitu ndak sah/ndak aci.

11:19 PM  

Post a Comment

<< Home